Kamis, 17 April 2008

Berkah Anak Yatim

Berkah Anak Yatim

Kalimat yang diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemudi Persis, Imas Karyamah tersebut membuat kita mengingat kembali kebesaran dan keagungan Allah. Pasalnya setelah lebih dari lima tahun mengurus dan mendidik sekitar 200 anak yatim yang berada di Asrama Daar’ Al-Tarbiyah, Buah Batu, Bandung, banyak berkah yang ia dapatkan.
Pernah suatu hari ada seseorang yang menawarinya biaya untuk pergi umroh ke Tanah Suci. “Padahal kalau dilihat dalam segi finansial mustahil saya bisa pergi kesana,'' ungkap wanita yang biasa dipanggil Umi oleh anak-anak asrama yatim itu. Menurut wanita yang lahir pada 8 November 1968, mengurus anak-anak yatim ini susuh-susah gampang. “Karakter tiap anak berbeda-beda, kita tidak bisa menyama-ratakan antara satu dengan lainnya.
Untuk pengasuhannya, tambah Imas, ia harus mengenali karakter masing-masing anak, karena jika pendekatannya salah maka mereka akan marah. ''Waktu itu ada salah seorang anak asuh yang rambutnya saya potong karena sudah panjang. Karena mungkin pendekatannya salah, Ia marah lalu semua sendal yang ada di halaman depan kantor asrama di buang ke selokan,'' cerita Ibu dari Nabila Salsabila, Nadia Safira Syamil dan Muhammad Syahdan Firdaus ini.
Tetapi, kata Imas, pengalaman seperti itu tidak membuatnya patah semangat untuk mendidik mereka. Malah dengan adanya keragaman karakter tersebut membuatnya lebih tertantang untuk menyelami kepribadian mereka.
Pernah, ia menerima beberapa anak yatim korban konflik berdarah di Poso. Mereka rata-rata trauma bila mendengar adzan dan disuruh untuk ahalat, karena pada saat di Poso mereka melihat keluarga dan saudaranya banyak yang dibunuh di dekat masjid. “Ketika saya menyuruh shalat, salah satu anak menaiki bagian atas masjid dan berteriak akan membunuh saya,'' jelas Imas.
Namun, ungkap wanita yang menjadi ketua Majelis Taklim Darul Hikmah ini, pendekatan yang baik mampu meluluhkan mereka. Kini mereka menjadi sangat terbuka dengannya. Tidak jarang mereka curhat tentang hal-hal yang sifatnya pribadi, mulai dari keadaan keluarga sampai dengan konsultasi tentang pacar.
Istri Didien Karwita mengaku sempat pontang-panting saat krismon, Yayasan Asia Muslim Charity Foundation (AMCF) selaku penyandang dana dan pemilik bangunan Yayasan yang berasal dari Kuwait menghentikan pendanaannya. Ia kelabakan, karena tak mungkin sendirian menyantuni anak-anak asuhnya.
Di atas sajadah ia menangis dari malam hingga pagi hari sambil berdoa meminta petunjuk dari Allah. Tanpa diduga, sebuah perusahaan telekomunikasi menyatakan diri menjadi penyandang dana.
Sejak saat itu, kata Imas, ia semakin menyadari bahwa Allah SWT tidak akan menutup rezeki hamba-Nya yang mau tolong-menolong di dalam kebaikan.
Dunia pendidikan memang bukan hal yang baru bagi Imas, karena selain menjabat sebagai Ketua Pemudi Persis, iaa juga mengajar di STAI Persis dari tahun 1997 sampai sekarang.
Selain mengajar, wanita yang memiliki segudang pengalaman organisasi di bidang keislaman ini juga seorang mubalighah. Ia kerap mengajak anak asuhnya mengikutinya memberi tabligh, dengan harapan sang anak suatu saat menjadi penerusnya dalam syiar Islam.

Tidak ada komentar: