Menampung dan Memuliakan Anak YatimPenulis : Desi Nurlaeli, S.Pd.KotaSantri.com : Salah satu yang menunjang terciptanya kebahagian dalam sebuah keluarga adalah kelengkapan anggotanya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak merupakan unsur ideal yang semestinya ada. Mesti kita menyaksikan secara lahir, ada beberapa keluarga yang kurang lengkap tetap bahagia, namun belum tentu secara batin. Keterikatan hati ketiga unsur keluarga sangat menentukan bahagia atau tidaknya keluarga tersebut. Ayah atau ibu dalam keluarga adalah dua sosok yang sangat menentukan masa depan anak-anaknya. Seorang anak yang dibesarkan tanpa kehadiran salah satunya, secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan jiwanya. Bagaimana pun, seorang anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang ayah atau ibunya. Karenanya, keberadaan seorang anak yatim atau piatu, harus kita perhatikan. Agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya. Mereka sebagaimana anak-anak kita adalah calon penerus generasi bangsa ini. Anak yatim memiliki posisi yang istimewa dalam Islam. Allah SWT melalui firmanNya dalam Al-Qur'an menyuruh kita untuk memperhatikan anak yatim dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firmanNya, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah : Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan." (QS. Al-Baqarah [2] : 220). Sebuah keluarga yang menampung, menyantuni, dan memuliakan anak yatim, akan diliputi kebahagiaan dan keberkahan. Rahmat, berkah, dan cinta Allah akan senantiasa hadir di tengah-tengah mereka. Rasulullah SAW sebagaimana disampaikan Ibnu Umar RA telah bersabda, "Rumah tangga yang paling dicintai oleh Allah yaitu rumah tangga yang di dalamnya ada anak yatim yang dimuliakan." (HR. Ath-Thabarani dan Asbahani). Dalam hadits lainnya Rasulullah menjelaskan, jika suatu kaum berkumpul untuk menyantap hidangan dan di dalamnya ada anak yatim, Allah SWT akan melindungi hidangan itu dari setan. Sebagaimana sabdanya, "Seorang anak yatim yang duduk bersama suatu kaum dalam hidangan mereka, niscaya setan tak akan mendekati hidangan mereka." (HR. Ath-Thabarani). Keluarga yang menampung dan memuliakan anak yatim adalah sebaik-baiknya keluarga. Begitu pula sebaliknya, seburuk-buruknya keluarga adalah keluarga yang di dalamnya terdapat anak yatim, namun mereka tidak diperlakukan dengan baik. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah menjelaskan, sebaik-baik rumah tangga di kalangan kaum Muslimin adalah rumah tangga yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Seburuk-buruk rumah tangga di kalangan kaum Muslimin adalah rumah tangga yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan buruk. Allah SWT telah mengancam kepada orang-orang yang memperlakukan anak yatim dengan buruk. Bahkan, bagi orang-orang yang mengambil harta anak yatim digolongkan termasuk melakukan dosa besar. Allah SWT berfirman, "Dan berikanlah kepada anak-anak yatim harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan itu, adalah dosa yang besar." (QS. An-Nisaa [4] : 2). Allah SWT juga berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala." (QS. An-Nisaa[4] : 10). Ibnu katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan, Allah SWT menyuruh kita supaya menyerahkan harta anak yatim kepada mereka sendiri jika sudah baligh, secara sempurna dan tuntas. Allah melarang memakan harta mereka dan menggabungkannya dengan harta si wali. Bila kita memakan harta anak yatim tanpa sebab, sebenarnya kita itu seperti memakan api yang bergolak dalam perutnya pada hari kiamat. Dalam kitab Sahih Bukhari dan Muslim ditegaskan bahwa hal itu merupakan salah satu tujuh perbuatan yang balasannya abadi yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW agar kita menjauhinya. Untuk itu, berhati-hatilah, jangan sampai kita mengambil hak anak yatim. Menampung dan menyantuni anak yatim adalah sebuah perbuatan mulia. Rasulullah SAW menggambarkan bahwa orang-orang yang memuliakan anak yatim akan 'sejajar' dengan Rasulullah di akhirat kelak. Drs. Muhammad Thalib dalam bukunya 25 Ciri Keluarga Sakinah Penuh Berkah menjelaskan, suatu rumah tangga yang dinaungi oleh kecintaan Allah pasti selalu dipenuhi kesenangan dan kebahagian. Kecintaan Allah akan selalu mereka dapatkan selama mereka dengan ikhlas menampung anak-anak yatim sesuai dengan tuntunan Islam. Rumah tangga seperti ini jelas memberikan berkah kepada orang lain, khususnya anak yatim yang berada di rumah mereka. Jadi, sangatlah tepat jika dikatakan bahwa rumah tangga yang di dalamnya ada anak yatim adalah rumah tangga yang sakinah dan penuh berkah. Wallahu a'lam. [Swadaya]
Bilik @ KotaSantri.com
Kamis, 17 April 2008
Berkah Anak Yatim
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar