Rabu, 08 Oktober 2008

fundamentalisme3

Pencarian akar fundamentalisme Islam
oleh Nader Hashemi

Cetak
Email
Evanston, Illinois – Bagaimana caranya menjelaskan kebangkitan fundamentalisme Islam dewasa ini? Mengapa pada zaman akal budi, rasionalitas, dan sekulerisme sebagian umat Muslim malah condong dan mendekap erat konsep fundamentalis agama? Dunia Muslim kelihatannya didominasi oleh kaum Muslim fundamentalis, dari kelompok-kelompok radikal fundamentalis seperti Al Qaeda dan Taliban hingga organisasi-organisasi arus utama seperti Ikhwanul Muslimin (di Mesir) dan Jamaat-e Islami (di Pakistan). Kemanakah kita harus mencari jawabannya? Sejarah dan sosiologi, lebih memberikan obor untuk menerangi fenomena sosial yang sedang tumbuh ini dibandingkan ideologi.

Sepanjang sejarah manusia, perubahan sosial besar dan pergolakan politikselalu diiringin kebangkitan kembali agama. Inilah fenomena sosiologis dan sejarah yang dapat diamati melintasi batas-batas negara, suku bangsa, dan peradaban. Selama pendudukan bangsa Mongolia atas Rusia (1237-1480), misalnya, Gereja Ortodoks mengalami salah satu masa pertumbuhannya yang terbesar. Fenomena serupa juga terjadi di Amerika Serikat pada pertengahan abad kesembilan belas di awal Revolusi Industri. Secara sederhana, gejolak sosial mendorong orang mencari kestabilan dan keamanan dengan kembali ke sesuatu yang mendasar dan akrab dengan mereka, yaitu agama. Hal itulah yang juga dialami oleh masyarakat Muslim.

James Piscatori dengan tajam mengatakan bahwa "agama, terutama karena pada masa lalu telah menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang hidup dan mati dan memberikan para penganutnya hubungan moral antara satu dengan yang lain, menjadi sarana yang memberikan orang harapan untuk menjawab pertanyaan baru tentang cara menjadi modern, dan, dengan melakukan hal tersebut, mungkin bisa memperoleh pandangan umum tentang dunia yang lebih meyakinkan. Dalam hal ini, seorang Kristen yang dilahirkan kembali dan seorang Muslim yang menutup dirinya kembali merupakan reaksi yang sama atas fenomena umum tersebut." Berbagai pergolakan yang berhubungan dengan modernitas, seperti yang dinyatakan Piscatori, sangat penting untuk memahami kebangkitan fundamentalisme keagamaan.

Modernisasi, harus ditekankan, merupakan sebuah proses yang traumatis. Barat, membutuhkan waktu ratusan tahun dan proses jatuh bangun untuk mengembangkan berbagai institusi sekuler dan demokratis mereka. Perang agama antar umat Kristen, penganiayaan politik, pemusnahan bangsa, Revolusi Industri, pemerasan tenaga kerja, kebangkitan nasionalisme, dan dua perang dunia telah menghasilkan perubahan masif dalam segala aspek kehidupan – politik, ekonomi, intelektual, dan keagamaan. Dewasa ini kita tengah menyaksikan proses perubahan yang sama, berikut dampak-dampaknya, di berbagai negara berkembang. Hanya saja perubahan-perubahan ini berlangsung lebih cepat di Dunia Muslim (dalam paruh terakhir abad 20) dibandingkan dengan di Barat yang berlangsung selama ratusan tahun.

Penting artinya untuk menghargai bahwa proses modernisasi yang berlangsung di dunia Muslim sangat berbeda dalam berbagai hal. Tidak seperti di Eropa di mana proses tersebut sebagian besar didorong dari dalam masyarakat, dalam masyarakat Muslim, modernisasi muncul sebagai akibat dari sentuhan kolonial dengan bangsa Eropa. Apa yang kini dilakukan oleh umat Muslim dalam mengejar ketertinggalan mereka dari Barat merupakan kegiatan meniru, bukan inovasi. Negara-negara Muslim di masa post-kolonialisme telah terbagi secara tidak sehat ke dalam dua kubu: kelompok elit, yang memperoleh pendidikan Barat dengan nilai-nilai sekulernya dan kelompok mayoritas yang tak mendapatkan semua itu. Pemerintahan-pemerintahan banyak dikuasai oleh rezim-rezim gerontokrasi yang terdiri atas para lelaki berusia lanjut, sementara mayoritas penduduk mereka berusia di bawah 30 tahun. Kebanyakan perubahan politik sejak masa kemerdekaan formal dipaksakan dari atas ke bawah dengan melakukan percepatan, bukan dari bawah ke atas melalui prosesevolusi sosial dan negosiasi demokratis dari dalam masyarakat sendiri.

Pada tahun 1935, misalnya, Reza Pahlavi (ayahanda dari Shah terakhir) memerintahkan pasukannya turun ke jalanan Teheran untuk secara paksa membuka – dengan ancaman bayonet – cadar yang menutupi wajah kaum perempuan. Kebijakan ini disaingi oleh negara tetangga Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal Atatürk yang dengan keras membuat masyarakat Turki menjadi sekuler dan Barat. Dua generasi kemudian, dengan cara yang sama otoriternya dengan pencopotan cadar monarki Pahlavi, Ayatullah Khomeini dan revolusioner Islam-nya memaksa para perempuan Iran memasang cadar. Demikian pula dengan kebangkitan politik Islam di Turki yang sebagian dapat dijelaskan sebagai reaksi balasan terhadap pemaksaan dari atas ke bawah kebijakan-kebijakan sekuler Kemal terhadap masyarakat yang taat beragama– 99,8 % merupakan umat Muslim –hingga menghapus karakter ke-Islam-an Turki. Dari latar belakang inilah kita seharusnya menempatkan dan mempelajari kebangkitan fundamentalisme Islam, yaitu sebagai sebuah fenomena sejarah.

Mencari jawaban yang mudah atas fenomena sosial yang begitu rumit memang menggoda hati. Dalam hal perdebatan mengenai fundamentalisme Islam, penjelasan yang ada lebih sering memusatkan perhatian pada karakter doktrin Islam dan prasangka akan etos anti modernisasinya. Betapapun menggodanya, khususnya pasca 11 September, memusatkan perhatian secara khusus kepada ideologi dengan mengabaikan sosiologi dan sejarah akan membatasi pemahaman kita dan mengaburkan penilaian kita atas topik yang penting dan emosional ini.

###

* Nader Hashemi adalah mahasiswa doktoral dalam ilmu politik di Northwester
University. Ini adalah artikel keduanya dari enam artikel dalam sebuah seri
tentang kebangkitan kembali agama dan hubungan Muslim-Barat yang didukung oleh Common Ground News Service (www.commongroundnews.org).

Sumber: Common Ground News Service (CGNews), 19 September 2006, www.commongroundnews.org.
Hak cipta untuk publikasi telah diperoleh.




EDISI TERBARU







EDISI KHUSUS
Hubungan Muslim-Yahudi - 2008







ARSIP ARTIKEL
Silakan baca artikel-artikel kami terdahulu.







PANDANGAN KAUM MUDA
Berbagai perspektif kaum muda yang menarik dan beragam dari seluruh dunia.

Tidak ada komentar: