Kamis, 25 September 2008

murabby

Sentuhan-sentuhan Tarbiyah: Kiat Merangkul Mad’u
2008-06-01 02:17:28 - by : admin

Allah SWT berfirman:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى
اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah : “Inilah jalan (agama)ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan
hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik”. (QS. 12 : 108)

Wahyu Ilahi diatas merupakan taujih Rabbani yang sangat
gamblang dan selalu diulang oleh Nabi Yusuf AS dan para nabi
sebelumnnya dan setelahnya, dan kitapun saat ini -hendaknya- mengikuti
apa yang telah dicontohkan oleh para nabi; karena kita merupakan
pewaris para nabi… yaitu aktif dalam berdakwah dan mentarbiyah; membawa
cahaya dengan transparansi dan gamblang tanpa ada rekayasa dan
persekongkolan dalam mengembannya dan cermat dalam mendistribusikan dan
memberinya.

Para duat memiliki kewajiban menyebarkan Islam
sebagaimana yang telah diperintahkan Allah dan Allah wahyukan tanpa
adanya asimilasi dan kontaminasi… menyebarkannya dengan penuh
keikhlasan, hanya mengharap pahala dan ridha Allah SWT dan surga-Nya,
bukan mencari pujian dan sanjungan, ikhlas yang terlahir dari lubuk
hati dan tidak mengharap ganjaran di dunia, tidak mengharap tercapainya
cita-citanya dalam bentuk kemenangan (tamkin) terhadap agamanya semasa
hidup… hal inilah yang Allah telah berikan pendidikan kepada nabi-Nya

Namun kadangkala para du’at menemui kendala dalam
merangkul mad’u, seakan lisannya kelu untuk menyampaikan, tangannya
kaku untuk merangkul dan kakinya terpaku untuk membawa, bahkan -semoga
tidak terjadi- akalnya beku untuk memberi. Padahal seyogyanya
Sesungguhnya seorang da’i harus memiliki banyak kiat dalam
menyampaikan, merangkul, mengajak dan memberi, sehingga tujuan yang
diinginkanpun dapat tercapai.

Memang tabiat hubungan antara seorang da’i dengan
mad’unya pada hakekatnya berbeda dengan hubungan yang lain yaitu
hubungan yang harus terjalin dengan rasa kasih sayang dan cinta yang
asasnya adalah tsiqah (saling percaya) dan menyatu…selain itu
hubungan yang selalu tunduk untuk menerima dan tentram terhadap ucapan
dan nasehat. Yang keduanya merupakan suatu keharusan dalam menjalin
hubungan antara da’i dan mad’u, sehingga ketika seorang da’i
memberi sesuatu sang mad’u mau menerimanya dengan lapang dada dan pada
akhirnya dapat memberikan ketenangan jiwa dan menentramkan hati, dan
memunculkan sesuatu yang tersembunyi dari cita-citanya, dan
menentramkan dari sesuatu yang membuatnya gelisah.

Bahwa kecintaan ini dan keakraban ini yang dapat
menjadikan kehidupan berjalan dengan mudah mengalir seperti air yang
jernih dan sejuk yang dapat menghilang dahaga.

Apakah seorang murabbi sudah berusaha membentuk
kehidupan jama’i yang lebih baik dari kehidupan yang lain?? Sehingga
dapat memberikan tarbiyah yang benar, menanamkan konsep (pemahaman),
menumbuhkan keimanan, yang seluruhnya terayomi dalam suasana yang
bersih, ukhuwah imaniyah, dan kecintaan yang tulus yang tidak mengharap
lainnya kecuali ridlo Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, kecintaan
yang tulus yang tidak memiliki perasaan terbebani dan dibuat-buat.
Ruang lingkupnya adalah kehidupan jama’i, kehidupan yang penuh taklif
dan amal islami.

Namun bagaimanakah hal itu bisa terwujud?? jawabannya adalah sebagai berikut :

1. Mengucapkan salam dan menanyakan kesehatannya dan keadaannya dan banyak menampakkan senyum dihadapannya.

2. Menghormati kedua orang tuanya, dan berlemah lembut
kepada saudara-saudaranya dan anak-anaknya serta mencintai kerabat dan
teman-tmannya jika mereka termasuk orang-orang yang salih.

3. Berusaha untuk meluangkan waktu untuk memberikan hadiah kepadanya.

4. Berusaha untuk mengenal dan memahami keadaan
sosialnya dan materialnya dan juga berniat membantunya dan berperan
serta dalam keadaan suka dan sedih.

5. Tidak menampakkan sikap yang sedih namun tetap ikut prihatin terhadap permasalahn yang sedang dihadapi.

6. Tidak memberikan nasehat dihadapan orang banyak namun cukup dengan empat mata saja.

7. Jangan sebarkan rahasia dirinya dan berusahalah menjaga kehormatannya.

8. Kirimlah kabar (surat) saat dia dalam bepergian, atau saat engkau jauh darinya.

9. Jangan rendahkan kedudukan sosialnya, dan jangan
remehkan pendapat dan kreativitasnya serta jangan menghinakan
keluarganya dan nasabnya (walaupun hanya sekedar bercanda).

10. Simak dan bersikap diamlah saat mendengarkan
ucapannya dan pendapatnya, dan tampakkan perhatian dan ketawaduan dalam
mengoreksi pendapatnya jika ada kekeliruan.

11. Jadilah tauladan yang baik terhadap saudaramu dalam
berakhlak; uacapan yang lembut, menepati janji, penampilan yang prima
dan selalu senyum dihadapannya.

12. Jauhkan diri dari memberikan beban dirinya tidak sanggup memikulnya dan selalulah menghormati jati dirinya.

13. Banyak-banyaklah brziarah kerumah atau tempat tinggalnya.

14. Berikan kepadanya kepercayaan yang sesuai dengan kemampuannya.

Courtesy from : http://www.al-ikhwan.net

Tidak ada komentar: